menjelajah rasa
Ketika matahari turun, pergi ke bumi lain.
Ketika tangan kanannya datang menggantikan.
Ya, ketika malam datang.
Ketika apa yang tidak terdengar dan terlihat menjadi jelas, udara menjadi lebih transparan.
(Lorong terbuka)
Ya, termasuk alam bawah sadarku.
Entah sejak kapan, aku menahan dan menahan.
Entah sampai kapan, aku sanggup untuk berdiri, pikirku.
Berbagai hal telah terjadi, berbagai pertemuan dan perpisahan, berbagai tempat.
Suara, bentuk, gerak, rasa, tekstur, aroma.
Aneh, mereka begitu jelas, terekam dengan segala detail.
Mereka menghantuiku, mengganggu pikiranku, membawa ku menjelajahi waktu yang tidak seharusnya aku ingat dan seharusnya telah aku lupakan.
Kenapa? kenapa harus kesana lagi? Tinggalkan aku!
Pandanganku buram, mataku lemah.
Tertutup, terbuka dan aku berada pada pemandangan yang berbeda, tanah yang berbeda, dan rasa yang begitu nostalgic tetapi begitu overwhelming dan memenuhi diriku, penuh.
Ingin dan ingin sekali aku kabur, lari, tetapi badanku tidak mau bergerak sesuai kepalaku.
No, this, I can't! Take me back!
Pandanganku buram, mataku lemah.
Ketika tangan kanannya datang menggantikan.
Ya, ketika malam datang.
Ketika apa yang tidak terdengar dan terlihat menjadi jelas, udara menjadi lebih transparan.
(Lorong terbuka)
Ya, termasuk alam bawah sadarku.
Entah sejak kapan, aku menahan dan menahan.
Entah sampai kapan, aku sanggup untuk berdiri, pikirku.
Berbagai hal telah terjadi, berbagai pertemuan dan perpisahan, berbagai tempat.
Suara, bentuk, gerak, rasa, tekstur, aroma.
Aneh, mereka begitu jelas, terekam dengan segala detail.
Mereka menghantuiku, mengganggu pikiranku, membawa ku menjelajahi waktu yang tidak seharusnya aku ingat dan seharusnya telah aku lupakan.
Kenapa? kenapa harus kesana lagi? Tinggalkan aku!
Pandanganku buram, mataku lemah.
Tertutup, terbuka dan aku berada pada pemandangan yang berbeda, tanah yang berbeda, dan rasa yang begitu nostalgic tetapi begitu overwhelming dan memenuhi diriku, penuh.
Ingin dan ingin sekali aku kabur, lari, tetapi badanku tidak mau bergerak sesuai kepalaku.
No, this, I can't! Take me back!
Pandanganku buram, mataku lemah.
Tertutup, terbuka dan aku berada pada pemandangan yang berbeda, normal.
Apa itu tadi?
Badanku penuh keringat, tangan dan kaki aku bergetar hebat, dan mataku, basah.
Ini udah yang ke sekian kalinya, aku muak.
Sering kali ketika ajudan matahari datang, begitu juga dengan air-air yang aku kurung jauh di dalam sumur.
Mereka datang seperti pasang air laut, yang akhirnya penuh, meluap, membanjiri tanah.
Sering kali juga, anehnya, pasang tersebut terjadi di eksistensi matahari, tidak tepat, sangat.
Badanku dengan naluriah ingin sekali berteriak, tapi tidak boleh, bukan waktu yang tepat, tempat yang salah.
Aku tutup sekuat mungkin mulutku dengan tanganku, tarik napas, buang, oke lupakan yang tadi, fokus pada kerjaanmu, harus professional.
Matahari mulai menyampaikan pamitnya, waktunya kembali.
Beban yang harus dibawa, bukan, memang tidak ada pilihan.
Harus, karena tidak bisa, telah menjadi satu.
Sungai-sungai tidak boleh dicemari,
Udara yang sudah terlalu tercemar,
Tanah yang terlalu keras,
Tapi, jasad masih punya ruang.
Ya, ini pilihan terbaik, terbenar.
Komentar
Posting Komentar