tidak sempurna

欠陥
ke-kka-n
"cacat"


Adhisty Larasati, 15 September 2019
Ketidaksempurnaan dalam Kesempurnaan


    Kali ini aku ingin berbagi cerita dan berbagi pendapat, aku tidak akan memaksa kalian untuk mempercayai apa yang aku percayai. Sejatinya kita semua memiliki pendapat dan pandangan masing-masing, tidak ada yang dapat mengambil hak itu.
    
Jadi, aku akan mulai dari hal yang paling dasar.

    Aku merasa bahwa dalam dunia ini terdapat banyak ketidakteraturan dari berbagai aspek dan tidak tidak ada yang dapat mengendalikannya. Dunia sudah berjalan dengan apa yang ditetapkan oleh Tuhan dengan alasan-alasan yang hanya Dia ketahui. Tapi menurutku, ketidakteraturan itu justru yang menjadikan dunia ini 'sempurna' . Aku yakin pasti ada beberapa dari kalian yang bingung, "Sempurna bagaimana? justru kalau tidak teratur berarti tidak sempurna dong" . Iya, aku tahu dan aku juga tidak menyalahi pernyataan tersebut.

Pasti bingung, haha, oke gapapa. 

Untuk memahami lebih lanjut, kali ini aku akan membawa kalian kepada suatu pandangan yang jarang ditemui pada orang-orang.

Kalau begitu, ayo kita mulai perjalanan pikiran ini.
buckle up.

Nah, sebenarnya apa itu arti kehidupan?
Yah, tentunya tiap individu memiliki jawabannya masing-masing.
Ayo kita kesampingkan terlebih dahulu jawaban kita masing-masing, kita akan pergi melihat gambaran yang lebih luas.

    Kenapa di dunia yang kita tempati saat ini segala sesuatunya berjalan dengan sedemikian rupa sehingga elemen-elemen yang ada bisa saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing?

    Secara umum, kehidupan adalah suatu proses atau perjalanan yang dilalui tiap manusia untuk memenuhi perannya dengan sebaik dan selayak yang dia bisa bersamaan dengan berbagai permasalahan yang akan ia temui dan ia pecahkan untuk diambil pelajaran yang didapatkan dan dirasakan, kemudian akan menjadi sesuatu yang dapat ia aplikasikan kembali pada kehidupannya ketika ia bertemu dengan permasalahan yang sama atau mungkin yang merupakan mutasi dari permasalahan sebelumnya.

    Manusia akan selalu menemukan masalah yang menghambat perjalanannya, yang menghambat kehidupannya, yang menghambat ia untuk berproses. Tentunya ia akan mengalami berbagai macam susah, resah, duka, cemas, sedih, dan emosi-emosi negatif lainnya. Banyak manusia yang berpikir dan memohon, "Seandainya hidupku lancar-lancar saja, tidak ada masalah, tidak ada hal yang harus menjadi beban pikiran" . Tapi sebenarnya mereka sadar ga sih dengan permintaan mereka?

Bayangkan, ketika kehidupan tidak mengirimkan pion-pion-nya as known as masalah.

Bisa dibayangkan bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan 'normal', segalanya menjadi lancar, keseharian tanpa keresahan, rutinitas yang akan terus menerus berputar abadi. Tanpa adanya perubahan dalam diri manusia yang menjalani kehidupannya, terutama dalam aspek mental. Sadar ga, apa yang dapat mengubah seorang bayi menjadi balita, balita menjadi anak-anak, anak-anak menjadi remaja, remaja menjadi dewasa, dan seterusnya sampai 'kematian'.

Eksistensi masalah menjadikan manusia berpikir, memutar motor-motor di dalam kepalanya.

merekam dan menyimpan.

mengingat dan mengaplikasikan.

    Kalau tidak ada permasalahan, manusia ga akan pernah belajar. Mau belajar darimana lagi?
Pasti kalian semua ingat, "Pengalaman adalah guru terbaik". Ya, kita semua sudah bosan mendengar kalimat itu. Anyways, dalam pengalaman terdapat kesalahan, setelah kesalahan terdapat evaluasi dan koreksi. Dari situlah manusia benar-benar belajar, seringkali teori belaka tidak cukup menjadi pembelajaran dan penyadaran. Harus ada kesalahan dan harus ada evaluasi beserta koreksi.

    Seorang manusia tidak akan pernah tau apakah hal-hal yang ia lakukan selama keberlangsungan perjalanan hidupnya adalah kebenaran atau kebohongan (Kebenaran itu relatif, tiap orang memiliki kebenarannya masing-masing, mau beda ataupun sama). Hidup yang monoton seperti itu, seseorang tidak benar-benar hidup, jasad berjalan.

I mean, doing things by the book isn't always wrong.
But you get what I mean, right?

    Maka, dari penjelasanku tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang kita lihat dalam kehidupan, hal yang tidak sempurna, yang gagal, atau yang jelek, bukan berarti mereka adalah hal-hal yang harus kita hindari, bila pada hidup kita terdapat unsur-unsur seperti itu, bukan berarti kita berada dalam kehidupan yang tidak baik, sial, atau buruk, yang menentukan apakah kehidupan itu buruk atau tidak adalah kamu sendiri, bagaimana kamu memandang hidup. Bukan mereka.

 Hal-hal yang kebanyakan orang liat sebagai flaw adalah hal terpenting yang dapat membuat sesuatu menjadi sempurna.

    Jujur, aku sendiri tidak terlalu mengerti darimana aku bisa mendapatkan pandangan seperti ini. Tapi kalau harus mengingat kembali, berjalan beberapa langkah mundur, maka dapat aku lihat bahwa memang banyak hal yang telah aku lalui yang kemudian membentuk diri aku di masa sekarang, diri aku yang sebenarnya juga bukanlah manusia yang 'sempurna' atau manusia yang normal. Aku tidak terlalu paham mengenai parameter seseorang dapat dikatakan normal atau tidak. Tetapi intinya, walaupun diriku bukanlah sepenuhnya merupakan diri yang aku harapkan, aku selalu berusaha sebaik yang aku bisa untuk menerima.

    Karena sesungguhnya, pelajaran yang paling penting adalah belajar untuk menerima. Ketika seseorang dapat menerima, disitulah pintu-pintu akan terbuka, disitula ia tersadar bahwa dirinya dapat terbang lebih tinggi dari yang ia lihat selama ini.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

animalistic mind

strands of my being, each as individuals