orang asing pada diri sendiri

他人
ta-nin
"orang asing"


"Cahaya hanya jatuh pada orang asing"
Aleph, Hal. 55-56 by Paulo Coelho


Sebuah pepatah arab, katanya.
Kata Salim, salah seorang penggemar Paulo Coelho yang ingin menjadi seorang penulis juga.

Kalimat ini begitu menggema dan menghantui pikiranku selama beberapa saat setelah aku baca dari buku itu. Aku berusaha untuk memikirkannya, merenunginya, dan memahaminya, berusaha memahami apa yang ingin disampaikan penulis. Karena aku merasa ada arti penting dari pepatah tersebut.

Aku menutup buku dan memulai kontemplasi.
Aku mulai dari kata 'cahaya' dan 'orang asing'
Membedah arti dari keduanya.
Apa arti mereka? bagaimana hubungannya? apa yang ingin disampaikan oleh pepatah arab itu?
Cukup memakan waktu, beberapa jam, dan kemudian bel berbunyi.
Pendekatan melalui kedua kata tersebut memberikanku suatu pemahaman.

Akhirnya aku paham.
Oke, begini.

Cahaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang terang, yang dapat memberikan penerangan atau petunjuk. Orang asing dapat diartikan sebagai orang yang berbeda, orang yang tidak dikenal atau orang yang tidak berada pada tempatnya ( out of place ). Apabila kita kembali pada pepatah diatas, kalimat tersebut dapat diartikan seperti ini: 

"Penerangan atau petunjuk hanya jatuh pada orang yang tidak dikenal atau orang yang berada pada tempat yang asing baginya"

Aku tidak tahu apakah kalimat yang aku rangkai ulang dapat mempermudah pemahamanmu atau tidak. Tetapi, melalui kalimat baru itu aku dapat mulai memahami apa yang ingin disampaikan pepatah arab tersebut. Kira-kira seperti ini,

"Apabila kalian mencari petunjuk, jawaban, pembelajaran baru, atau sesuatu yang membawa perubahan, bergeraklah dan keluarlah, carilah diluar, karena hanya pada tempat yang asing bagimulah kamu dapat menemukan hal-hal tersebut"

Pada bukunya, Paulo mengatakan, bahwa "Kita perlu menjadi orang asing untuk diri kita sendiri, agar cahaya yang sembunyi di dalam jiwa kita dapat menerangi apa yang perlu kita lihat" 

Cahaya yang bersembunyi dan kemudian keluar dapat diartikan sebagai menggali potensi dalam diri, yang bahkan kita tidak tahu ada. Potensi yang kita tidak tahu ada tersebut hanya bisa kita ketahui keberadaannya ketika dia akhirnya diperlukan, ketika dia akhirnya digunakan, ketika dia akhirnya memiliki kesempatan untuk menyala, yaitu ketika menjadi orang asing pada diri sendiri. Ketika aku berusaha memahami arti yang lebih dalam dari pepatah arab diatas dan kemudian bertemu dengan pemahaman ini, seperti ada bel dan terjadi epiphany, penyadaran terhadap sesuatu. Aku benar-benar terpukau dengan arti dari pepatah tersebut, speechless.

Aku tersadar, bahwa betapa hal yang terlihat sepele dan sederhana begitu terlupakan.
Aku tidak tahu pasti, tapi dari yang aku lihat, banyak sekali orang-orang yang sudah lupa, karena terlalu fokus terhadap sesuatu yang lebih besar dan kompleks. Dunia yang dinamis semakin sibuk,  semakin besar, semakin cepat, semakin tidak punya waktu untuk melihat sesuatu yang kecil, sehigga seringkali terlupakan. Seakan segala sesuatu mulai kehilangan artinya karena telah menjadi bagian kecil dari rutinitas yang padat. Aku yang menyadari hal tersebut, mulai mencari dan mengamati hal-hal kecil dalam rutinitas yang aku jalani untuk aku ceritakan kembali kepada orang-orang yang mungkin juga lupa.

Kembali ke topik utama,

Kemudian, muncul pertanyaan:
Kenapa terkadang penting untuk kita menjadi orang asing pada diri sendiri?
Paulo mengatakan bahwa pada tempat asalnya terdapat pepatah yang mirip dengan pepatah arab diatas.

"Tak seorang pun menjadi nabi di daerahnya sendiri"

Menurutku pepatah yang dikatakan Paulo itu cukup menjawab pertanyaan tersebut, tapi akan aku coba jelaskan dengan caraku, berdasarkan pandangan dan pemahamanku. Menurutku, menjadi orang asing pada diri sendiri dapat dianalogikan seperti ini:

Akan aku bagi menjadi dua keadaan,

Pertama
Ketika kamu menjalani hari-hari seperti biasa, di tempat yang biasa, dengan orang-orang yang biasa berinteraksi dengan kamu, apakah kamu pernah merasa rentan, tersesat, panik, sehingga sangat membutuhkan pertolongan? coba ingat kembali.

Yah, mungkin akan terjadi sesekali ketika semesta menurunkan kesialan.
Tapi, diluar kemungkinan itu, pasti tidak. 
Secara umum, pasti kamu merasa biasa aja, karena udah biasa dan kenal dengan tempat itu.

Kedua
Nah, kalau suatu saat tiba-tiba alien datang dengan UFO-nya, menculik kamu, terbang ke Rusia dan menurunkan kamu disana, apa yang akan kamu rasakan dan apa yang pertama kali akan kamu pikirkan?
Bingung dan tersesat, "Loh, ini dimana? apa ini, gedung apa itu? siapa mereka? bahasa apa ini? apa yang harus aku lakukan?"
Apa  yang pertama kali akan kamu lakukan?
"Aku harus coba cari pertolongan, mungkin ada yang bisa berbahasa inggris seenggaknya"

Secara realita, tanpa probablitas yang aneh-aneh, besar kemungkinannya bahwa kamu dan orang-orang lain akan bereaksi seperti yang aku deskripsikan. 

Kemudian, coba bandingkan dirimu pada dua keadaan yang berbeda itu, dimana letak perbedaannya?

Oke, akan aku bantu jelaskan.

Pada keadaan Pertama, yang tiap hari kamu dapatkan adalah hal yang sama, interaksi yang sama,  tempat yang sama, rasa yang sama, keadaan yang sama, orang-orang yang sama, hanya mendapatkan hal yang sama, yang sudah kamu ketahui yang sudah kamu kenali. Tapi, pada keadaa Kedua, ketika lingkunganmu berubah, ketika berbagai aspek berubah menjadi hal lain, ketika hal yang biasa menjadi asing, disitulah kamu menggunakan dirimu yang jarang dipakai, yang jarang dikeluarkan, yang bersembunyi entah berapa lama, disitulah kamu akhirnya mengeluarkan cahaya yang sudah lama menyala dan menunggu untuk dikeluarkan dari dalam dirimu. 

Dalam proses pada keadaan Kedua, entah itu dalam adaptasi atau mencari pertolongan, tanpa sadar kamu mengeluarkan potensi dirimu yang bahkan kamu tidak tahu ada. Kamu berusaha sebisa mungkin melakukan apapun yang bisa membantumu keluar dari keadaan itu dengan apa yang dirimu miliki dan dirimu bisa. Kamu terus dan terus berpikir, mencari cara, "bagaimana?", tanpa sadar kamu sedang menelusuri dirimu, sedang mencoba menyalakan cahaya yang sudah lama terisolasi itu, kamu sedang menarik potensi dirimu, yang tanpa kamu sadari sebenarnya ada, hanya belum terpancing untuk keluar, belum dibutuhkan untuk keluar. Namun, akhirnya tiba keadaan dimana cahaya itu, potensi dirimu itu, diperlukan. Apabila kembali ke pepatah yang Paulo katakan sebelumnya, analogi ini mrip dengan cerita perjalanan yang dilakukan oleh nabi.

Selain mengenai potensi diri, pepatah arab tersebut juga dapat dijabarkan menjadi kalimat lain, Paulo sendiri juga pernah menjelaskan pada bukunya, "Kita cenderung menghargai sesuatu yang datang dari jauh, tidak pernah mengenali keindahan yang ada di sekeliling kita"

Jalanan, gedung, taman, pohon, suara kendaraan, suara burung dan serangga, para penjual, pedagang kaki lima dan kaki dua, kerumunan pekerja dan orang-orang yang menjalani kesibukannya masing-masing, rutinitas pagi, siang, dan malam, langit ketika matahari terbenam, angin malam ketika kita pulang lama, kamar atau ruangan yang menjadi sebuah sanctuary, tempat perlindungan, tempat pemulihan diri setelah rutinitas yang melelahkan itu, tanpa kita sadari telah menjadi bagian diri kita, hal yang menjadi bagian dari cerita kita, bagian-bagian kecil dari siapa kita. Tapi sayangnya, kita seringkali lupa seberapa pentingnya hal-hal tersebut dalam menjadi bagian dari fondasi bangunan bergerak yang bernama 'Aku'. 

Pertanyaan: "Bagaimana bisa kita kembali ingat dan sadar, bagaimana caranya?"
Satu diantara beberapa cara yang aku ketahui dan yang paling common adalah ketika salah satu atau beberapa dari hal-hal tersebut diambil atau hilang dari kehidupan kita, hilang dari rantai rutinitas kita.

Mungkin sulit untuk beberapa orang membayangkannya, karena belum mengalaminya atau tidak sadar mereka sedang mengalaminya. Aku akan berikan contoh, simple dan dekat, seperti keadaan kita sekarang. Dulu kita bisa dengan bebas keluar, mengunjungi berbagai tempat, menepati janji dengan teman atau rekan kerja, hangout, menemui keluarga kapanpun, pergi ke kantor, ke sekolah, ke kampus, olahraga baik itu jalan pagi atau lari pagi, belanja tanpa beban pikiran lebih harus menyiapkan ini itu. Tapi kan itu dulu, sebelum kita dilanda bencana yang resmi disebut sebagai 'Pandemi'. Sekarang, ketika hal-hal tersebut diambil dari rantai rutinitas kita, dari keseharian kita, bagaimana hasilnya?

Banyak orang-orang yang mulai lelah dan jenuh melakukan hal yang sama setiap hari, mulai mengeluh dan berandai-andai, "Ah, aku ingin kembali lagi ketika aku masih bisa jalan pagi ke kampus" atau "Hmm, kenapa ya aku dulu ga manfaatin hari-hari sebelum ini semua terjadi?" Padahal, di waktu yang mereka andai-andaikan itu, mereka banyak mengeluh, "Kenapa sih aku harus bangun pagi-pagi banget?" atau "Aku ingin terus tidur dikamar aja" atau "Aduh, kenapa sih pulangnya lama banget". Tapi yah, itu hal yang manusiawi, tidak ada yang salah dengan hal itu, wajar kok. But, you get the idea, right? 

Oleh karena itu, terkadang kita perlu menjadi orang asing.
Menjadi orang asing dimaksud disini adalah menarik diri keluar dari ke-normal-an, ke-biasa-an, ke-monoton-an, keluar dari fokus selama rentang waktu tertentu. Ketika kita keluar dan menjadi jauh dengan segala hal yang dulu nya biasa, sekarang, hal yang biasa itu menjadi sesuatu yang sedikit asing, sedikit aneh, berbeda, menjadi sesuatu yang diinginkan kembali.

Inti dari semua ini adalah kalau kamu menginginkan suatu jawaban, petunjuk, atau perubahan, keluarlah, carilah hal-hal tersebut diluar. Karena dengan kamu keluar, kamu dapat melihat hal-hal yang tidak terlihat, hal-hal yang sebelumnya bersembunyi, hal-hal yang tertutupi, hal-hal yang sebenarnya ada dan dekat, tetapi cakrawalamu belum terbuka cukup luas untuk bisa melihatnya.

Dan, sesekali, kita perlu menjadi orang asing pada diri sendiri.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

animalistic mind

strands of my being, each as individuals