Gea #1 : " kenapa aku dan kenapa kamu ? "

     Dalam rutinitas pagi yang selalu aku mulai di dalam tempat yang sangat sakral terutama untukku, toilet (iya, boker maksudnya). Lagi duduk di wc, seperti biasa, aku memikirkan banyak hal, yang sudah terjadi dan yang mungkin akan terjadi, hal yang membuatku sedih dan hal yang membuatku senang, keadaan orang tua, kakak-kakak, orang-orang yang telah ber-evolusi ke dimensi lain, sampai ingatan-ingatan kecil yang sangat tidak perlu untuk di-ingat tapi masih aku ingat sampai sekarang, juga..

    "Kenapa aku ada disini? bernapas terduduk pada waktu dan tempat ini, dengan pikiran-pikiran ini, diantara jutaan sel sperma yang salah satu diantaranya kemungkinan akan menjadi pilot, insinyur, dokter ternama, seniman yang akan mengukir sejarah, aktivis yang akan membentuk sejarah, bahkan mungkin presiden yang dapat memberikan Indonesia promosi dari negara berkembang menjadi negara maju, kenapa Tuhan memilih 'AKu?

    Ya, Aku, perempuan yang akan berumur 18 tahun dalam 19 hari lagi yang sedang mengetik tulisan ini (padahal seharusnya aku mengetik tulisan lain yang lebih penting), memang memiliki bakat dan di hampir semua bidang (kecuali kimia) tapi tidak ada yang menjadi keahlian tetap, yang kerja-nya hanya merenung merenung dan merenung terlarut dalam perasaan yang datang entah darimana yang memang harus diladeni agar bisa berhenti mengganggu pekerjaan, anak perempuan yang sangat canggung, kaku, tertutup yang sering merasakan arti kata alienated, anak yang selalu menunda perintah ibu dan bapak apalagi tugas-tugas perkuliahan, anak yang sangat jarang senyum, pemalas rank S,  moody ga jelas, aneh, ga niatan, などなど

Anak perempuan rebel yang banyak banget kekurangannya ini ?

    Bagian diriku yang selfless selalu merasa bahwa semua kenikmatan dan rezeki yang aku miliki, lebih layak dan diperlukan untuk jutaan orang diluar sana, yang aku tahu mungkin sekarang sedang berteduh dibawah hujan di dalam 'rumah' kardusnya, yang sedang berjualan kripik atau jasa sol sepatu, yang sedang menjual pakaian satu-satu nya hanya untuk bisa makan hari ini, yang sedang tertidur di dalam becak-nya sambil memikirkan istri dan anak-anaknya yang masih bersekolah di SD dan SMP atau bahkan yang baru saja lahir, dan masih terlalu banyak untuk bisa disebutkan di dalam tulisan ini.

    Intinya adalah, aku selalu merasa bahwa diriku yang masih sering lupa bahwa masih banyak yang sangat sangat jauh lebih menderita dan sengsara hidup di dunia yang keadaannya sangat tidak jelas dan penuh dengan perang-perang tidak bermakna dan masih sanggup untuk senyum?, sangat tidak pantas untuk diberikan rezeki seperti, pakaian, rumah, dan biaya hidup yang berkecukupan juga dibebaskan dari beban pikiran "makan apa ya besok?" atau "ada makanan ga ya untuk besok?". Jujur, sekarang aku sangat sangat rela dan dengan bersenang hati memberikan seluruh rezeki dan nyawa-ku kepada seseorang yang jauh lebih membutuhkannya dan akan memanfaatkannya dengan lebih baik untuk kesuksesan masa depannya (walau sebenarnya jauh di dalam hati, aku takut).

    Tetapi, bagian diriku yang idealistic selalu membalas dengan, "Hey, sadar ga kamu ini sekarang ngomongnya ga visioner banget, aku tahu kok kamu sebenarnya juga tahu, kenapa kamu diberikan dan dilahirkan di keadaan, di waktu dan tempat seperti ini, kamu tahu kan, bahwa segala sesuatu yang terjadi, yang buruk ataupun baik di mata kamu dan manusia lain, pasti memiliki tujuan yang seringkali being overlooked. Aku tahu, kamu paham betul bahwa dengan dirimu yang saat ini bernapas dengan udara yang bersih dari asap dan debu puing-puing bangunan yang hancur habis kena rudal atau bom, memiliki peran yang lebih besar daripada hanya memberikan segala yang kamu punya kepada seseorang yang butuh, termasuk nyawa. Kamu paham betul, bahwa kamu selalu bisa memberikan apa yang kamu punya kepada orang-orang yang membutuhkan yang kemudian berinteraksi denganmu mengatakan mereka sedang kesusahan dan sebenarnya membutuhkan bantuan untuk bisa melanjutkan hidup dengan baik, tanpa harus menghapus eksistensimu dari Gea. Kamu tahu, kamu bisa menjadi penyelamat berjalan, menjadi semacam perpanjangan tangan Tuhan untuk memberikan dan menyalurkan pertolongan-Nya. Kamu tahu itu.

Yah, pertengkaran yang selalu ada di dalam bubble pikiranku, dimanapun dan kapanpun.

Melelahkan memang untuk meladeni dua bagian diriku bertengkar, dua bagian diriku yang sangat polar.

    Tapi perang dingin inilah yang membuatku masih bertahan untuk melanjutkan hidup sampai detik aku mengetik kata terakhir ini, entah harus bersyukur atau bergundah, tetapi aku telah belajar untuk menerima.

    Belajar untuk menerima, yang dapat diartikan belajar untuk berdamai, berdamai dengan siapapun terutama diri sendiri, adalah hal terpenting yang harus dipahami oleh tiap individu manapun yang bernapas.

    Aku termasuk beruntung, karena diberikan kesempatan oleh semesta yang selalu berkonspirasi dalam perputaran siklus dan berdialetika dalam perputaran bulan untuk belajar lebih awal.

    Oleh karena pikiran-pikiran ini, aku percaya bahwa setiap living beings, entitas apapun itu, memiliki perannya di panggung Gea dalam kisah 'Apakah manusia akan sadar atau haruskah menunggu hancur? ' Begitu lahir dan keluar dari rumah pertama kita, uterus, semesta telah memberikan label seperti price tag pada baju, bertuliskan " Sebagai (entahlah, menurutmu? ). Peran kita semua berbeda-beda, tapi apakah peran dibalik genggaman tangan kita ini akan menjadi bagian dari efek domino semesta atau tidak, kita sendiri yang mengemudi.

    Jadi, apakah kamu bisa menjawab ketika muncul pertanyaan, " kenapa aku dan kenapa kamu? "

Komentar

Postingan populer dari blog ini

animalistic mind

strands of my being, each as individuals